🎴 Asal Usul Desa Siwalan Pekalongan
Mulamula kelompok ini mengadakan kegiatan dengan peserta yang terbatas. Pekalongan, 18 September 2019 #lambe_sintetis. di Rabu, September 18, 2019 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Di wilayah barat dan utaranya itu juga sangat banyak di tumbuhi pohon siwalan sehingga samapi sekarang disana
Nama: Herdanti Sofiana RosaNpm : 0819014511Kelas : PBSI PAGI A SEMESTER 2Mata kuliah : Karakter Kebudayaan IndonesiaDosen : Ribut Achwandi
ASALUSUL DESA SIWALAN Berawal dari kerajaan islam yang pertama adala kerajaan demak.Setela kerajaan demak runtuh berdirilah kerajaan pajang,yang dipimpin oleh"JAKA TINGKIR".jaka tingkir mempunyai anak angkat sekaligus murit nya yang bernama"DANANG SUTAWIJAYA".Setela kerajaan pajang runtuh danang sutawijaya mendirikan kerajaan
Berikutsedikit kisah tentang asal-usul Desa Kutorojo, diawali dengan datangnya putri dari Kerajaan Mataram pada abad ke 17 yang bersembunyi di goa di wilayah tersebut, dengan dijaga seorang pengawal pribadinya yang bernama Ki Gedhe Kutomoyo. Karena Putri tersebut tinggal di goa tadi maka hingga sekarang nama goa tersebut adalah Goa Putri.
ASALUSUL PEKALONGAN. Nalika jaman biyen ,nalika jaman kerajaan Mataram dipimpin Kanjen Sultan Agung Hanyokrokusuma, ana wong sakti ingkang asma Ki Ageng Cempaluk. Ki Ageng Cempaluk duwe anak arane Raden Bahu. Wiwit cilcik Rade bahu wis digembleng ki ageng cempaluk supaya bisa ngwqarisi kesaktiane. Nalika wis gedhe raden bahu wis ngwarisi kabeh
BACAJUGA: Asal-usul Nama Desa Tanjung Kulon Kajen. Sekadar informasi, Desa Tengeng Wetan ini berada di Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Dulunya tercatat sebagai bagian dari Kecamatan Sragi. Maka wajar saja kalau sebagian warga Tengeng Wetan mengaku beralamat di Sragi. Kendati sudah ada pemekaran kecamatan pada 1990an
Kegiatanini dilaksanakan di Desa Tunjungsari Kecamatan Siwalan Kab Pekalongan dengan model pendampingan layanan pashmina kepada anak-anak sekolah dasar (SD). この活動は、ペカロンガンリージェンシーのシワラン地区のトゥンジュンサリ村で、小学校 (SD)の子供たちのためのパシュミナサービス
ArizMaulanaAzhar(2009) Pelaksanaan Program Alokasi Dana Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. (Studi pada desa Sumberpucung Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya. ArizalFathoni (2009) Peranan faktor ekonomi dalam penyususnan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Propinsi Jawa Timur.
Gudodikenal memiliki sentra industri kerajinan manik-manik bertaraf internasional. Kerajinan ini berasal dari limbah kaca. Industri tersebut terutama berada di Desa Plumbon Gambang, serta desa-desa lain seperti Mejoyo Losari, Pesanggrahan, Legundi, Siwalan, Krembangan, Godong dan Wangkal Kepuh.
. Kota Pekalongan adalah salah satu kota di pesisir pantai utara Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan dengan laut jawa di utara, Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat dan Kabupaten Batang di timur. Kota Pekalongan terdiri atas 4 kecamatan, yakni Pekalongan Utara, Pekalongan Barat, Pekalongan Selatan dan Pekalongan Timur. Kota Pekalongan terletak di jalur pantai Utara Jawa yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Kota Pekalongan berjarak 384 km di timur Jakarta dan 101 km sebelah barat Semarang. Kota Pekalongan mendapat julukan kota batik. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bahwa sejak puluhan dan ratusan tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan. Batik telah menjadi nafas penghidupan masyarakat Pekalongan dan terbukti tetap dapat eksis dan tidak menyerah pada perkembangan jaman, sekaligus menunjukkan keuletan dan keluwesan masyarakatnya untuk mengadopsi pemikiran-pemikiran tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang Diponegoro atau perang Jawa pada tahun 1825-1830. Terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton Mataram serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan terbesar ke Timur dan Barat. Di daerah-daerah baru itu mereka kemudian menggembangkan batik. Ke arah timur berkembang dan mempengaruhi batik yang ada di Mojokerto, Tulunggagung, hingga menyebar ke Gresik, Surabaya, dan Madura. Sedangkan ke barat berkembang di banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah berkembang sebelumnya semakin berkembang, Terutama di sekitar daerah pantai sehingga Pekalongan kota, Buaran, Pekajangan, dan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik. Sehingga tumbuh beberapa jenis motif batik hasil pengaruh budaya dari berbagai bangsa tersebut yang kemudian sebagai motif khas dan menjadi identitas batik Pekalongan. Motif Jlamprang diilhami dari Negeri India dan Arab. Motif Encim dan Klenengan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Motif Pagi-Sore dipengaruhi oleh orang Belanda, dan motif Hokokai tumbuh pesat pada masa pendudukan Pekalongan memiliki pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa. Pelabuhan ini sering menjadi transit dan area pelelangan hasil tangkapan laut oleh para nelayan dari berbagai daerah. Selain itu Kota Pekalongan banyak terdapat perusahaan pengolahan hasil laut,seperti ikan asin, ikan asap, tepung ikan, terasi, sarden, dan kerupuk ikan, baik perusahaan bersekala besar maupun industri rumah Pekalongan terkenal dengan nuansa religiusnya, karena mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Ada beberapa adat tradisi di Pekalongan yang tidak dijumpai di daerah lain semisal; syawalan, sedekah bumi, dan sebagainya. Syawalan adalah perayaan tujuh hari setelah Idul Fitri dan disemarakkan dengan pemotongan lopis raksasa untuk kemudian dibagi-bagikan kepada para Pekalongan sampai saat ini belum jelas asal-usulnya, belum ada prasasti atau dokumen lainnya yang bisa dipertanggungjawabkan, yang ada hanya berupa cerita rakyat atau legenda. Dokumen tertua yang menyebut nama Pekalongan adalah Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Gouvernements Besluit Nomer 40 tahun 1931nama Pekalongan diambil dari kata Halong dapat banyak dan dibawah simbul kota tertulis Pek-Alongan.Kemudian berdasarkan keputusan DPRD Kota Besar Pekalongan tanggal 29 januari 1957 dan Tambahan Lembaran daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1958, Serta persetujuan Pepekupeda Teritorium 4 dengan SK Nomer KTPS-PPD/00351/II/1958nama Pekalongan berasal dari kata A-Pek-Halong-An yang berarti pengangsalan Pendapatan.Pada masa VOC abad XVII dan pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, sistem Pemerintahan oleh orang pribumi tetap dipertahankan. Dalam hal ini Belanda menentukan kebijakan dan prioritas, sedangkan penguasa pribumi ini oleh VOC diberi gelar Regant Bupati. Pda masa ini, Jawa Tengah dan jawa Timur dibagi menjadi 36 kabupaten Dengan sistem Pemerintahan SentralistisPada abad XIX dilakukan pembaharuan pemerintahan dengan dikeluarkannya Undang-Undang tahun 1954 yang membagi Jawa menjadi beberapa Gewest/Residensi. Setiap Gewest mencakup beberapa afdelling setingkat kabupaten yang dipimpin oleh asisten Residen, Distrik Kawadenan yang dipimpin oleh Controleur, dan Onderdistrict Setinkat kecamatan yang dipimpin Aspiran pertengahan abad XIX dikalangan kaum liberal Belanda muncul pemikiran etis-selanjutnya dikenal sebagai Politik Etis yang menyerukan Program Desentralisasi Kekuasaan Administratip yang memberikan hak otonomi kepada setiap Karesidenan Gewest dan Kota Besar Gumentee serta pemmbentukan dewan-dewan daerah di wilayah administratif tersebut. Pemikiran kaum liberal ini ditanggapi oleh Pemerintah Kerajaan Belanda dengan dikeluarkannya Staatbland Nomer 329 Tahun 1903 yang menjadi dasar hukum pemberian hak otonomi kepada setiap residensi gewest; dan untuk Kota Pekalongan, hak otonomi ini diatur dalam Staatblaad Nomer 124 tahun 1906 tanggal 1 April 1906 tentang Decentralisatie Afzondering van Gelmiddelen voor de Hoofplaatss Pekalongan uit de Algemenee Geldmiddelen de dier Plaatse yang berlaku sejak tanggal tanggal 8 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menandatangani penyerahan kekuasaan kepada tentara Jepang. Jepang menghapus keberadaan dewan-dewan daerah, sedangkan Kabupaten dan Kotamadya diteruskan dan hanya menjalankan pemerintahan Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus oleh dwitunggal Soekarno-Hata di Jakarta, ditindaklanjuti rakyat Pekalongan dengan mengangkat senjata untuk merebut markas tentara Jepang pada tanggal 3 Oktober 1945. Perjuangan ini berhasil, sehingga pada tanggal 7 Oktober 1945 Pekalongan bebas dari tentara yuridis formal, Kota Pekalongan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomer 16 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Jawa Barat/Jawa Tengah/Jawa Timur dan Daerah Istimewa Jogjakarta. Selanjutnya dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, maka Pekalongan berubah sebutannya menjadi Kotamadya Dati II PP Nomer 21 Tahun 1988 tanggal 5 Desember 1988 dan ditinjaklanjuti dengan Inmendagri Nomor 3 Tahun 1989 merubah batas wilayah Kotamadya Dati II Pekalongan sehingga luas wilayahnya berubah dari Ha menjadi Ha dan terdiri dari 4 Kecamatan, 22 desa dan 24 dengan era reformasi yang menuntut adanya reformasi disegala bidang, diterbitkan PP Nomer 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomer 32 Tahun 2004 yang mengubah sebutan Kotamadya Dati II Pekalongan menjadi Kota Pekalongan dari Masa ke Masa1. HJ. Kuneman 1 April 1906- 8 Maret 1942Diangkat sebagai Walikota Burgemeester untuk yang pertama kali 1 April 1906 berdasarkan Staatbllad Nomor 124 Tahun 1906, dibuat tanggal 21 Februari 1906 dan dikeluarkan pada tanggal 21 Februari 1906 dan dikeluarkan pada tanggal 1 Maret 1906 oleh Wakil Sekretaris Umum DE GROOT dan JB. VAN HEUTSZ dan mulai berlaku tanggal 1 April 1906. Menjabat sebagai Walikota mulai tanggal 1 April 1906 sampai dengan awal pendudukan Jepang 1942 dan waktu itu, yang mengangkat adalah gubernur Jendral Hindia Belanda dengan masa jabatan waktu justru tidak Kawabata/R. Soempeno Danoewilogo 8 Maret 1942- 24 Agustus 1945Pada masa itu Burgemeester Walikota dihanti namanya menjadi SITYO. Tugas utamanya adalah melayani kepentingan perang “ DAI TOA “ Perang Asia Timur Raya. Hal ini berlaku juga untuk kota lain diseluruh Indonesia. Meskipun Sityo dijabat oleh Kawabata, namun yang menjalankan tugas sehari-hari adalah R. Soempeno Danoewilogo 17 Agustus 1945 – 15 Maret 1945Beliau lahir di Temanggung pada 17 Maret 1894. Pada masa jabatannya banyak peristiwa yang sangat menentukan perjalan Kota Besar Pekalongan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Republik Agoes Miftah Danoekoesoemo 1 Juni 1954 – 1 Nopember 1956Beliau dilahirkan di Brebes pada 30 Agustus 1915. Menjabat Walikota/Kepala Daerah Kota Pekalongan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 20 Mei 1945 Nomor UP-11/1/22. Periode pemerintahan beliau merupakan masa revolusi kemerdekaan, sehingga kondisi di Pekalongan terpengaruh oleh peperangan, antara lain konfrontasi dengan Agresi Belanda I dan M. Soehartono Slamet Poespopranoto 1 Nopember 1956 – 19 Nopember 1957Lahir tanggal 29 Agustus 1905 dan diangkat menjadi Walikota/Kepala Daerah Kota Besar Pekalongan dengan surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 30 Oktober 1956 Nomor UP-14 /2/7. Pada waktu menjabat sebagai walikota, penyelenggaraan pemerintahan menganut asas dekonsentrasi dan asasdesentralisasi. Pemberlakuan dua asa ini merupakan konsekuensi dari diberlakukannya Undang Undang Nomer 1 Tahun 1957 tentang Pokok Pemerintahan di Daerah. Tugas Walikota mencakup dua hal, yakni sebagai pejabat pemerintah pusat dan sekaligus sebagai kepala R. Iskandar Said 13 Januari 1958-17 Januari 1959Dilahirkan di Temanggung pada tahun 1898. Diangkat sebgai Kepala Daerah Kotapraja Pekalongan dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 2 Januari 1957, Nomer Pada waktu menjabat sebagai walikota, peyelenggaraan pemerintah menganut asas dekonsentrasi dan asas desentralisasi. Pemberlakuan dua asa ini merupakan konsekuensi dari diberlakukannya Undang Undang Nomer 1 Tahun 1957 tentang Pokok Pemerintahan di Daerah. Tugas Walikota mencakup dua hal, yakni sebagai pejabat pemerintah pusat dan sekaligus sebagai kepala Bambang Sardjono Noersetyo 14 April 1959 – Nopember 1959Lahir di Yogyakarta pada tahun 1926. Disahkan sebagai Kepala Daerah Kotapraja Pekalongan dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 16 Maret 1959 Nomor Des. 71/6/26/57 dan dilantik pada tanggal 14 April R. Mochamad Tedjo 5 April-30 Mei 1967Masa jabatan 5 April 1060 – 30 Mei 1967. Diangkat menjadi Walikota dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 5 April R. Teguh Soenarjo 30 Mei 1067-11 Oktober 1972Diangkat sebagai Walikota Kepala Daerah Kotamadya Pekalongan dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 30 Mei Drs. R. Soepomo 11 Oktober 1972-7 Nopember 1979Diangkat sebagai Kepala Daerah Pekalongan Dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 11 Oktober H. Djoko Prawoto, BA 7 Nopember 1979 – 7 Nopember 1989Dilahirkan di Boyolali. Kota Pekalongan dipimpin oleh Djoko Prawoto, BA selama dua periode, yakni 7 Nopember 1979 – 7 Nopember 1989. Pada masa kepemimpinan beliau, Kota Pekalongan mengalami perubahan luas wilayah dari Ha menjadi Ha berdasarkan UU Nomer 21 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Dati II Pekalongan, Kabupaten Dati II Batang dan Kabupaten Dati II H. Mochamad Chaeron, BA 7 Nopember 1989 – 7 Nopember 1994Dilahirkan di Semarang. Diangkat menjadi Walikota berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah tanggal 7 Nopember 1989. Prestasi yang telah dicapai antara lain Koperasi Teladan Nasional untuk KUD Kospin Jasa dan KUD Makaryo Mino 1989, 1990, 1991, 1992, 1993, 1994, Penghargaan Satya Lencana Pembangunan Koperasi dari Presiden 1994.13. Drs. Samsudiat, MM 27 Oktober 1994 – 5 Juli 2004Dilahirkan di Cilacap pada tanggal 15 Pebruari 1942. Beliau menjabat Walikota selama dua periode. Periode pertama berdasarkanSurat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomer 131,33-293 tanggal 27 Oktober 1994. Sedangkan periode kedua berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomer131,33-1301 tanggal 30 Desember 1999. Pada periode kedua ini didampingi H. Hamzah Shodiq, BA sebagai Wakil Basyir Ahmad dan Alf Arslan Djunaid 5 Juli 2005-9 Agustus 2015 Beliau berdua merupakan warga asli Pekalongan. Walikota dan Wakil Walikota masing-masing diangkat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomer dan Nomer Tanggal 5 Juli Dwi Arie Putranto 09 Agustus 2015 – 15 September 2015Dilahirkan di Semarang pada tanggal 12 Desember 1955. Beliau di tugaskan sebagai Pelaksana tugas Plt. Walikota Pekalongan16. Prijo Anggoro Budi Rahardjo 15 September 2015 – 17 Februari 2016Beliau ditugaskan sebagai Penjabat Pj. Walikota Pekalongan. Melihat track record karier Prijo Anggoro Budi Rahardjo kita seperti melihat mozaik yang tertata secara runut dan apik. Lelaki yang lahir 22 Agustus 1961 di Kota Kripik Purwokerto ini sepertinya siap ditugaskan dimana Achmad Alf Arslan Djunaid dan HM. Saelany Machfudz 17 Februari 2016 – 07 September 2017Beliau lahir di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, 24 Mei 1970 – meninggal di Kota Pekalongan Jawa Tengah, 07 September 2017 pada umur 47 tahun adalah Walikota Pekalongan periode 2016-2021. Ia mengemban tugas di Kota Pekalongan bersama dengan Wakil Walikota Saelany Mahfudz. Alex begitu ia biasa di sapa menyelesaikan studi jurusan manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Alex wafat pada Kamis, 07 September 2017 di Rumah Sakit Umum Daerah Bendan, Kota Pekalongan setelah pulang dari perjalanan dinasnya di Makassar Sulawesi HM. Saelany Machfudz, SE 19 November 2017 – SekarangH Mochammad Saelany Machfudz adalah sosok seorang gerakan pemberdaya ekonomi dan sosial kemasyarakatan, disamping seorang organisatoris yang lama berkiprah diberbagai organisasi baik di masyarakat maupun pemerintah. Saelany lahir di Kelurahan Landungsari Kota Pekalongan pada 16 Agustus 1956, putra keempat dari pasangan bin H. Sholeh dengan Hj. Barorih binti
– Sampai dengan saat ini, masih muncul banyak pertanyaan, kapan sebenarnya asal-usul dari wilayah Pekalongan mulai terbentuk ? Apakah pada era kerajaan Mataram di bawah Sultan Agung ? Ataukah pada saat garis pantai Pekalongan berada 20 – 30 km dari garis pantai yang sekarang ini ? Atau pula saat kondisi wilayah dan pemukiman penduduknya mulai terbentuk atau pada saat masih berupa kawasan hutan belantara yang dihuni banyak binatang liar ? “Postingan pada web ini diterbitkan sebagai jembatan pengetahuan bagi warga masyarakat Pekalongan untuk mengetahui Asal-usul Daerahnya, dan dimaksudkan untuk membantu generasi muda atau generasi mendatang mudah mendapatkan informasi sejarahnya sendiri” Sekilas Tentang Sejarah Kota Pekalongan Pada masa awal dari peradaban Hindu-Budha, wilayah Pekalongan diduga kuat pernah menjadi wilayah karakryan/kerakaian atau setingkat kerajaan vasal di bawah kekuasaan kerajaan Mataram Hindu. Beberapa situs purbakala yang ditemukan di wilayah selatan Pekalongan, diantaranya di Kecamatan Petungkriyono, Lebak barang, Talun, Doro, Kajen, Karanganyar, Wonopringgo dan Kedungwuni menjadi bukti keberadaan pemukiman masyarakat yang teratur dan terstruktur. Peta Kota Pekalongan Tahun 1892 Dari hasil penelitian Reinout Willem Van Bemmelen dan Ir. Sutoto, perkembangan geomorfologi Pekalongan Kuno berada di daerah pegunungan Selatan, dimana wilayah Petungkriono dulunya sebagai pusat pemerintahan Pekalongan kuno. Menurut Reinout Willem Van Bemmelen garis pantai Pekalongan sejajar dengan Semarang dan Brebes, dengan kedalaman pantai mencapai mencapai sekitar 150 meter. Di wilayah Batang, ditemukan prasasti di desa Sojomerto, Kecamatan Reban, yang disebut dengan Dapunta Saelendra oleh Prof. Boechori disebut sebagai tokoh yang merupakan cikal-bakal dari raja-raja Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu. Hingga masa Kerajaan Demak, wilayah yang sekarang disebut Pekalongan belum ada namanya. Pada saat itu, Tome Pires seorang ahli obat-obatan, dari Lisbon, Pertugal, melakukan perjalanan ke sejumlah pelabuhan di Pesisir Pulau Jawa tahun 1511 – 1515. Dalam bukunya Suma Oriental, Pires selama perjalanan antara Teteguall Tegal dan Camaram Semarang tidak menyebutkan nama Pekalongan. Baca Fort Peccalongan, Benteng Tua Milik Kota Pekalongan Kemungkinan pada waktu itu memang menjadi daerah yang belum memiliki nama, hingga dilakukannya babat Alas Gambiran oleh Joko Bahu Bahurekso atas perintah Raja Mataram ke III. Pires hanya menyebut bahwa wilayah Pesisir Barat, dari Demaa hingga Locacry Losari sudah dikuasai oleh Pate Rodim atau Raden Patah putra dari Arya Damar yang menikahi putri dari Champa. Arya Damar sendiri merupakan anak dari Brawijaya V dari Majapahit. Pires juga menyebut antara Teteguall dan Camaram merupakan daerah penghasil beras, sedangkan wilayah Pekalongan dan Batang sebagian besar masih berupa hutan yaitu Alas Gambiran dan Alas Roban. Tome Piresmewartakan bahwa antara pedagang dan perkampungan di Demak telah memiliki hubungan satu sama lainnya dengan Cirebon. Sehingga berdirinya Kerajaan Cirebon dan peng-Islamannyatak lepas dari pengaruh Kerajaan Demak. Tome Pires , Suma Oriental, hal 256 – 260 Pada Abad XVI, wilayah Pekalongan dan sekitarnya merupakan daerah yang masih sedikit jumlah penduduknya, sebab sebagian besar wilayahnya masih tertutup hutan belantara. Sementara di wilayah lainnya seperti Demak, Jepara, Kudus, Pati telah berkembang menjadi daerah penting. Wilayah Pantai Pekalongan berkembang setelah wilayah pedalaman yang terletak di daerah perbukitan yang tumbuh menjadi pedesaan yang makmur. Pada awal era Mataram, Panembahan Senopati telah membangun sebuah jalur Pantai Utara dari Plered ke arah Cirebon, melaui Temanggung, Subah, Alas Roban, Alas Gambiran, Pemalang, Tegal hingga Cirebon. Sementara Mees,dalam bukunya yang berjudul De Geschiedenis van Java jilid II, sudah menyebut adanya rute perjalanan yang ditempuh oleh para utusan VOC untuk bertemu dan beraudiensi dengan Sultan Agung di Kerto yang merupakan pusat dari Ibukota kerajaan Mataram. Dari Batavia para utusan VOC itu naik perahu dengan tujuan pelabuhan Tegal dengan melewati Cirebon. Dari sana lalu mereka naik kuda ke timur lewat Sumber, Tegal, Pemalang, Wiradesa, Pekalongan, Batang, Subah. Kemudian masuk ke pedalaman Jawa Tengah, dengan mendaki lereng Gunung Pakiswiring, Larangan, Tajem yang kemudian turun menyusuri pinggir Kali Progo lewat Jumo, Pakis, Payaman, Tidar , Sukerwe, Turen, Ariapati, Minggir dan Pingit yang letaknya sekitar dua jam perjalanan dari Kerto, Ibukota Mataram. Peta Kota Pekalongan Tahun 1912 Pada abad XVII, saat Verenigde Oost Indische Compagnie VOC berkuasa hingga pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, sistem Pemerintahan yang dilaksanakan oleh orang pribumi tetap dipertahankan. Dalam hal ini VOC menentukan segala kebijakan dan prioritas, sedangkan untuk penguasa pribumi ini oleh Belanda diberi gelar Regent Bupati. Berdasarkan arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia, menyebutkan pada 23 Juli 1669, Regent Pekalongan Ngabehi Kartasura telah berkirim surat pada Gubernur VOC Joan Maetsuycker. Hal ini menunjukkan bahwa di Pekalongan telah ada pemerintahan. Pada tahun 1789, Kota-kota dipesisir pulau Jawa masih merupakan padang belantara, yang menurut catatan Residen Pekalongan jumlah populasi harimau dan badak lebih banyak dari pada manusia Bergsma, 1798. Penduduknya tinggal di kampung-kampung kecil yang tersebar luas. Mereka mencari makan sebagai petani ladang dan memanfaatkan hasil-hasil hutan maupun menangkap ikan di pesisir. Petani ladang tersebut secara politis berada dibawah kekuasaan bupati Pekalongan. Mereka juga diwajibkan membayar pajak, wajib kerja dan menjadi militer dibawah perintahBupati. Boogaard, 1987, Nagtegaal, 1996, dan Pujo Sumedi Hargo Yuwono 2002. Keberhasilan VOC dalam menjalankan perdagangan membutuhkan ekspedisi yang cepat untuk pengiriman surat dan barang. Dokumen sejarah menyebutkan bahwa Gubernur Willem Baron Van Imhof, 26 Agustus 1746 membangun rute pos pertama di Jawa dengan membangun Kantor Pos di Batavia dan Semarang. Rutenya melalui Kerawang, Cirebon, dan Pekalongan. Ketiga daerah ini menjadi pos tunda, sebagai tempat ganti kuda dari kereta yang membawa kiriman pesan melalui pos. Baca juga Daftar Bangunan Bersejarah di Kawasan Budaya Jetayu Pekalongan Kata Pekalongan juga sudah disebut dalam dua lukisan Johannes Rach, seorang anggota pasukan alteleri VOC asal Denmark yang datang ke Pekalongan sekitar tahun 1770. Rach menyebutkan dalam lukisannya Fort Pekalongan atau Benteng Pekalongan. Nama Pekalongan pernah tercatat dalam catatan perjalanan Gubernur Pasisir UtaraWillem Hendrik van Ossenberg tahun 1764, dalam laporannya ditulis kata Paccalongan in Tegal. Menurut Boombgaard, Residen Ossenberg mengadakan perjalanan dari Semarang menuju ke Tegal. Setelah berkunjung ke Kaliwunggu, Kendal dan Weleri. Ia lalu datang ke Batang untuk mengunjungi pabrik gula milik Kapiten Cina dari Semarang, Tan Janko. Setelah itu Ia pergi ke Pekalongan, Wiradesa dan Ulujami. ANRI, Pekalongan Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Harmen Wiliam Deandles dibangun Jalan Raya Pos atau Grote Post Weeg yang menghubungkan antara Anyer hingga Panarukan. Sesampainya di wilayah Pekalongan pada tahun 1808, Deandles kehabisan dana. Untuk tetap bisa melanjutkan pembangunan jalan hingga ke Panarukan. Daendels meminta bantuan secara paksa pada para Bupati di Pesisir Pulau Jawa. Para Bupati atau penguasa daerah dikumpulkan di Semarang dan meminta supaya para Bupati membantu pembuatan jalan ini dan apabila tidak bersedia maka akan diperangi. Dengan adanya jalan yang dibuat oleh Deandles jarak tempuh dari arah Pekalongan menuju ke Semarang mejadi lebih cepat dengan melalui Alas Roban. Peta Kota Pekalongan Tahun 2009 Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada tahun 1811 – 1819, Karesidenan Pekalongan dijadikan satu dengan Kedu. Salah satu informasi yang jarang diketahui adalah Kadipaten Wiradesa yang pada waktu itu berdiri sendiri di hapuskan dan berada di bawah Bupati Pekalongan. Berdasarkan arsip ditemukan informasi bahwa sejak tahun 1846 Residensi Pekalongan telah dibagi per desa. Pada tahun 1869 telah diterbitkan data stasistik tentang kependudukan yang dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan jumlah penduduk dari setiap desa. Dalam perkembangannya pada tahun 1892, Residensi Pekalongan dibagi menjadi beberapa distrik dan onderdistrik. Desa-desa di Pekalongan sebagian besar telah muncul secara alamiah sebelum adanya pemerintah Kabupaten Pekalongan. Desa-desa tersebut memiliki nama dengan asal-usulnya masing-masing. Hampir semua desa di Pekalongan memiliki latar belakang cerita yang sama yaitu tokoh Bahurekso dan perjuangan Mataram dalam mengusir penjajah Belanda. Legenda Pekalongan ini sangat membekas di hati masyarakat dari semua sisi hidupnya sehingga memang sangat layak apabila menjadi pusat dari cerita tutur yang mengisahkan awal dari perkembangan Pekalongan. Selain dari masa Mataram awal, masa perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro juga menjadi cerita yang menjadi asal usul dari nama-nama desa. Baca juga Kisah Bahurekso dan Babat Alas Pekalongan Untuk menjaga agar keberadaan cerita atau sejarah dari msaing-masing kelurahan yang ada di Kota Pekalongan maka ditempuhi nisiatif untuk menuliskannya dalam bentuk buku yang menggabungkan antara cerita tutur dengan sejarah yang dibuktikan dalam arsip yang tersimpan di Lembaga Kearsipan Daerah Kota Pekalongan. Buku Sejarah Asal-Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan Untuk itu sudah mendapat izin dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pekalongan untuk menampilkan informasi tersebut dan setiap minggu akhir bulan akan rutin untuk memposting tulisan mengenai Sejarah Asal-usul Nama Kelurahan yang ada di Kota Pekalongan. Dengan ini, kami harap kepada seluruh sedulur-sedulur Cintapekalongan agar tetap pantau terus dan dukung kami sebagai Media Informasi & Referensi bagi Masyarakat untuk mengenal Pekalongan lebih dalam lagi. Sedulur bisa membacanya disini Edisi Khusus “Sejarah Asal-usul Nama Kelurahan di Pekalongan” Salam Cinta Pekalongan Source Mengungkap Asal-Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan – KPAD Kota Pekalongan.
- Siwalan merupakan satu di antara Kecamatan yang ada di Kabupaten Pekalongan. Kecamatan Siwalan berjarak sekitar 19 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Pekalongan. Sementara pusat pemerintahan daerah ini berada di Desa Siwalan. Wilayah Siwalan termasuk dataran rendah. Daerah yang dilalui jalur pantura ini memiliki ketinggian rata-rata 9 meter di atas permukaan laut. Batas-batas Utara Laut Jawa Timur Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Wiradesa Selatan Kecamatan Sragi dan Kecamatan Bojong Barat Kabupaten Pemalang Baca Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan PendudukKecamatan Siwalan memiliki penduduk sejumlah jiwa. Rinciannya, merupakan penduudk laki-laki. Sementara jumlah penduduk perempuan lebih banyak, yakni jiwa. Jumlah tersebut tersebar dalam 13 desa. Dalam wilayah 13 desa itu, terbagi dalam 60 dusun, 97 RW, dan 270 RT. Baca Kecamatan Lebakbarang, Kabupaten PekalonganFasilitas PendidikanBerikut ini data fasilitas pen
asal usul desa siwalan pekalongan